Powered By Blogger

20 Des 2011

Malu

Malu adalah akhlak yang menghiasi perilaku manusia dengan cahaya dan keanggunan yang ada padanya. Inilah akhlak terpuji yang ada pada diri seorang lelaki dan fitrah yang mengkarakter pada diri setiap wanita. Sehingga, sangat tidak masuk akal jika ada wanita yang tidak ada rasa malu sedikitpun dalam dirinya. Rasa manis seorang wanita salah satunya adalah buah dari adanya sifat malu dalam dirinya.

Apa sih sifat malu itu? Imam Nawawi dalam Riyadhush Shalihin menulis bahwa para ulama pernah berkata, “Hakikat dari malu adalah akhlak yang muncul dalam diri untuk meninggalkan keburukan, mencegah diri dari kelalaian dan penyimpangan terhadap hak orang lain.”

Abu Qasim Al-Junaid mendefinisikan dengan kalimat, “Sifat malu adalah melihat nikmat dan karunia sekaligus melihat kekurangan diri, yang akhirnya muncul dari keduanya suasana jiwa yang disebut dengan malu kepada Sang Pemberi Rezeki.”

Ada tiga jenis sifat malu, yaitu:

1. Malu yang bersifat fitrah. Misalnya, malu yang dialami saat melihat gambar seronok, atau wajah yang memerah karena malu mendengar ucapan jorok.

2. Malu yang bersumber dari iman. Misalnya, seorang muslim menghindari berbuat maksiat karena malu atas muraqabatullah (pantauan Allah).

3. Malu yang muncul dari dalam jiwa. Misalnya, perasaan yang menganggap tidak malu seperti telanjang di hadapan orang banyak.

Karena itu, beruntunglah orang yang punya rasa malu. Kata Ali bin Abi Thalib, “Orang yang menjadikan sifat malu sebagai pakaiannya, niscaya orang-orang tidak akan melihat aib dan cela pada dirinya.”

Bahkan, Rasulullah saw. menjadikan sifat malu sebagai bagian dari cabang iman. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Iman memiliki 70 atau 60 cabang. Paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Dan sifat malu adalah cabang dari keimanan.” (HR. Muslim dalam Kitab Iman, hadits nomor 51)

Dari hadits itu, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tidak akan ada sifat malu dalam diri seseorang yang tidak beriman. Akhlak yang mulia ini tidak akan kokoh tegak dalam jiwa orang yang tidak punya landasan iman yang kuat kepada Allah swt. Sebab, rasa malu adalah pancaran iman.

Tentang kesejajaran sifat malu dan iman dipertegas lagi oleh Rasulullah saw., “Malu dan iman keduanya sejajar bersama. Ketika salah satu dari keduanya diangkat, maka yang lain pun terangkat.” (HR. Hakim dari Ibnu Umar. Menurut Hakim, hadits ini shahih dengan dua syarat-syarat Bukhari dan Muslim dalam Syu’ban Iman. As-Suyuthi dalam Al-Jami’ Ash-Shagir menilai hadits ini lemah.)

Karena itu, sifat malu tidak akan mendatangkan kemudharatan. Sifat ini membawa kebaikan bagi pemiliknya. “Al-hayaa-u laa ya’tii illa bi khairin, sifat malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan,” begitu kata Rasulullah saw. (HR. Bukhari dalam Kitab Adab, hadits nomor 5652)

Dengan kata lain, seseorang yang kehilangan sifat malunya yang tersisa dalam dirinya hanyalah keburukan. Buruk dalam ucapan, buruk dalam perangai. Tidak bisa kita bayangkan jika dari mulut seorang muslimah meluncur kata-kata kotor lagi kasar. Bertingkah dengan penampilan seronok dan bermuka tebal. Tentu bagi dia surga jauh. Kata Nabi, “Malu adalah bagian dari iman, dan keimanan itu berada di surga. Ucapan jorok berasal dari akhlak yang buruk dan akhlak yang buruk tempatnya di neraka.” (HR. Tirmidzi dalam Ktab Birr wash Shilah, hadits nomor 1932)

Karena itu, menjadi penting bagi kita untuk menghiasi diri dengan sifat malu. Dari mana sebenarnya energi sifat malu bisa kita miliki? Sumber sifat malu adalah dari pengetahuan kita tentang keagungan Allah. Sifat malu akan muncul dalam diri kita jika kita menghayati betul bahwa Allah itu Maha Mengetahui, Allah itu Maha Melihat. Tidak ada yang bisa kita sembunyikan dari Penglihatan Allah. Segala lintasan pikiran, niat yang terbersit dalam hati kita, semua diketahui oleh Allah swt.

Jadi, sumber sifat malu adalah muraqabatullah. Sifat itu hadir setika kita merasa di bawah pantauan Allah swt. Dengan kata lain, ketika kita dalam kondisi ihsan, sifat malu ada dalam diri kita. Apa itu ihsan? “Engkau menyembah Allah seakan melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu,” begitu jawaban Rasulullah saw. atas pertanyaan Jibril tentang ihsan.

Itulah sifat malu yang sesungguhnya. Sebagaimana yang sampai kepada kita melalui Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Malulah kepada Allah dengan malu yang sebenar-benarnya.” Kami berkata, “Ya Rasulullah, alhamdulillah, kami sesungguhnya malu.” Beliau berkata, “Bukan itu yang aku maksud. Tetapi malu kepada Allah dengan malu yang sesungguhnya; yaitu menjaga kepala dan apa yang dipikirkannya, menjaga perut dari apa yang dikehendakinya. Ingatlah kematian dan ujian, dan barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan alam akhirat, maka ia akan tinggalkan perhiasan dunia. Dan barangsiapa yang melakukan hal itu, maka ia memiliki sifat malu yang sesungguhnya kepada Allah.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Shifatul Qiyamah, hadits nomor 2382)

Ingat! Malu. Bukan pemalu. Pemalu (khajal) adalah penyakit jiwa dan lemah kepribadian akibat rasa malu yang berlebihan. Sebab, sifat malu tidaklah menghalangi seorang muslimah untuk tampil menyuarakan kebenaran. Sifat malu juga tidak menghambat seorang muslimah untuk belajar dan mencari ilmu. Contohlah Ummu Sulaim Al-Anshariyah.

Dari Zainab binti Abi Salamah, dari Ummu Salamah Ummu Mukminin berkata, “Suatu ketika Ummu Sulaim, istri Abu Thalhah, menemui Rasulullah saw. seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu pada kebenaran. Apakah seorang wanita harus mandi bila bermimpi?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya, bila ia melihat air (keluar dari kemaluannya karena mimpi).’” (HR. Bukhari dalam Kitab Ghusl, hadits nomor 273)

Saat ini banyak muslimah yang salah menempatkan rasa malu. Apalagi situasi pergaulan pria-wanita saat ini begitu ikhtilath (campur baur). Ketika ada lelaki yang menyentuh atau mengulurkan tangan mengajak salaman, seorang muslimah dengan ringan menyambutnya. Ketika kita tanya, mereka menjawab, “Saya malu menolaknya.” Bagaimana jika cara bersalamannya dengan bentuk cipika-cipiki (cium pipi kanan cium pipi kiri)? “Ya abis gimana lagi. Ntar dibilang gak gaul. Kan tengsin (malu)!”

Bahkan ketika dilecehkan oleh tangan-tangan jahil di kendaraan umum, tidak sedikit muslimah yang diam tak bersuara. Ketika kita tanya kenapa tidak berteriak atau menghardik lelaki jahil itu, jawabnya, sekali lagi, saya malu.

Jelas itu penempatan rasa malu yang salah. Tapi, anehnya tidak sedikit muslimah yang lupa akan rasa malu saat mengenakan rok mini. Betul kepala ditutupi oleh jilbab kecil, tapi busana ketat yang diapai menonjolkan lekak-lekut tubuh. Betul mereka berpakaian, tapi hakikatnya telanjang. Jika dulu underwear adalah busana sangat pribadi, kini menjadi bagian gaya yang setiap orang bisa lihat tanpa rona merah di pipi.

Begitulah jika urat malu sudah hilang. “Idza lam tastahyii fashna’ maa syi’ta, bila kamu tidak malu, lakukanlah apa saja yang kamu inginkan,” begitu kata Rasulullah saw. (HR. Bukhari dalam Kitab Ahaditsul Anbiya, hadits nomor 3225).

Ada tiga pemahaman atas sabda Rasulullah itu. Pertama, berupa ancaman. “Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Fushhdilat: 40).

Kedua, perkataan Nabi itu memberitakan tentang kondisi orang yang tidak punya malu. Mereka bisa melakukan apa saja karena tidak punya standar moral. Tidak punya aturan.

Ketiga, hadits ini berisi perintah Rasulullah saw. kepada kita untuk bersikap wara’. Jadi, kita menangkap makna yang tersirat bahwa Rasulullah berkata, apa kamu tidak malu melakukannya? Kalau malu, menghindarlah!

Salman Al-Farisi punya pemahaman lain lagi tentang hadits itu. “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla apabila hendak membinasakan seorang hamba, maka Ia mencabut darinya rasa malu. Bila rasa malu telah dicabut, maka engkau tidak akan menemuinya kecuali sebagai orang yang murka dan dimurkai. Bila engkau tidak menemuinya kecuali sebagai orang yang murka dan dimurkai, maka dicabutlah pula darinya sifat amanah. Bila sifat amanah itu dicabut darinya, maka engkau tidak akan menjumpainya selain sebagai pengkhianat dan dikhianati. Bila engkau tak menemuinya selain pengkhianat dan dikhianati, maka rahmat Allah akan dicabut darinya. Bila rahmat itu dicabut darinya, maka engakau tidak akan menemukannya selain sosok pengutuk dan dikutuk. Bila engkau tidak menemukannya selain sebagai pengkutuk dan dikutuk, maka dicabutlah darinya ikatan Islam,” begitu kata Salman. (HR. Ibnu Majah dalam Kitab Fitan, hadits nomor 4044, sanadnya lemah, tapi shahih)

Wanita yang beriman adalah wanita yang memiliki sifat malu. Sifat malu tampak pada cara dia berbusana. Ia menggunakan busana takwa, yaitu busana yang menutupi auratnya. Para ulama sepakat bahwa aurat seorang wanita di hadapan pria adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan telapak tangan.

Ibnu Katsir berkata, “Pada zaman jahiliyah dahulu, sebagian kaum wanitanya berjalan di tengah kaum lelaki dengan belahan dada tanpa penutup. Dan mungkin saja mereka juga memperlihatkan leher, rambut, dan telinga mereka. Maka Allah memerintahkan wanita muslimah agar menutupi bagian-bagian tersebut.”

Menundukkan pandangan juga bagian dari rasa malu. Sebab, mata memiliki sejuta bahasa. Kerlingan, tatapan sendu, dan isyarat lainnya yang membuat berjuta rasa di dada seorang lelaki. Setiap wanita memiliki pandangan mata yang setajam anak panah dan setiap lelaki paham akan pesan yang dimaksud oleh pandangan itu. Karena itu, Allah swt. memerintahahkan kepada lelaki dan wanita untuk menundukkan sebagaian pandangan mereka.

Memang realitas kekinian tidak bisa kita pungkiri. Kaum wanita saat ini beraktivitas di sektor publik, baik sebagai profesional ataupun aktivis sosial-politik. Ada yang dengan alasan untuk melayani kepentingan sesama wanita yang fitri. Ada juga yang karena keterpaksaan. Tidak sedikit wanita harus bekerja karena ia adalah tulang punggung keluarganya. Sehingga, ikhtilath (bercampur baur dengan lelaki) tidak bisa terhindari.

Untuk yang satu ini, mari kita kutip pendapat Dr. Yusuf Qaradhawi, “Saya ingin mengatakan di sini bahwa kata ikhtilath dalam hal hubungan antara lelaki dan wanita adalah kata diadopsi ke dalam kamus Islam yang tidak dikenal oleh warisan budaya kita pada sejarah abad-abad sebelumnya, dan tidak diketahui selain pada masa ini. Mungkin saja ia berasal dari bahasa asing, hal itu memiliki isyarat yang tidak menenteramkan hati setiap muslim. Yang lebih cocok mungkin bisa menggunakan kata liqa’ atau muqabalah –keduanya berarti pertemuan—atau musyarakah (keterlibatan) seorang lelaki dan wanita, dan sebagainya. Yang jelas, Islam tidak mengeluarkan aturan atau hukum umum terkait dengan masalah ini. Namun hanya melihat tujuan adanya aktivitas tersebut atau maslahat yang mungkin terjadi dan bahaya yang dikhawatirkan, gambaran yang utuh dengannya, dan syarat-syarat yang harus diperhatikan di dalamnya.”

Ada adab yang harus ditegakkan kala terjadi muqabalah antara pria dan wanita. Adab-adab itu adalah:

Ada pembatasan tempat pertemuan
Menjaga pandangan dengan menundukkan sebagian pandangan
Tidak berjabat tangan dalam situasi apa pun dengan yang bukan muhrimnya
Hindari berdesak-desakan dan lakukan pembedaan tempat bagi lelaki dan wanita
Tidak berkhalwat (berduaan dengan lawan jenis)
Hindari tempat-tempat yang meragukan dan bisa menimbulkan fitnah
Hindari pertemuan yang lama dan sering, sebab bisa melemahkan sifat malu dan menggoyahkan keteguhan jiwa
Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa dan keinginan batin untuk melakukan yang haram, ataupun membayangkannya

Khusus bagi wanita, pakailah pakaian yang yang sesuai syariat, tidak memakai wewangian, batasi diri dalam berbicara dan menatap, serta jaga kewibawaan dan beraktivitas. Perhatikan gaya bicara. Jangan genit!

Dengan begitu jelaslah bahwa Islam tidak mengekang wanita. Wanita bisa terlibat dalam kehidupan sosial bermasyarakat, berpolitik, dan berbagai aktivitas lainnya. Islam hanya memberi frame dengan adab dan etika. Sifat malu adalah salah satu frame yang harus dijaga oleh setiap wanita muslimah yang meyakini bahwa Allah swt. melihat setiap polah dan desiran hati yang tersimpan dalam dadanya.

feminism

Kaum feminis bilang susah jadi wanita, lihat saja peraturan dibawah ini :

1. Wanita auratnya lebih susah dijaga (lebih banyak) dibanding lelaki.

2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.

3. Wanita saksinya (apabila menjadi saksi) kurang berbanding lelaki.

4. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki.

5. Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.

6. Wanita wajib taat kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat pada isterinya.

7. Talak terletak di tangan suami dan bukan isteri.

8. Wanita kurang dalam beribadat karena adanya masalah haid dan nifas yang tak ada pada lelaki.



Quote:

Itu sebabnya mereka tidak henti-hentinya berpromosi untuk "MEMERDEKAKAN WANITA". Pernahkah kita lihat sebaliknya (kenyataannya) ?


1. Benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan ditempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiar terserak bukan? Itulah bandingannya dengan seorang wanita.





2. Wanita perlu taat kepada suami, tetapi tahukah lelaki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada bapaknya?


3. Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki, tetapi tahukah harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya, sementara apabila lelaki menerima warisan, ia perlu/wajib juga menggunakan hartanya untuk isteri dan anak-anak.


4. Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi tahukah bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat dan seluruh makhluk ALLAH di muka bumi ini, dan tahukah jika ia mati karena melahirkan adalah syahid dan surga menantinya.


5. Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggungjawabkan terhadap 4 wanita, yaitu : Isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya. Artinya, bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki, yaitu : suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.


6. Seorang wanita boleh memasuki pintu syurga melalui pintu surga yang mana saja yang disukainya, cukup dengan 4 syarat saja, yaitu : salat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat kepada suaminya dan menjaga kehormatannya.


7. Seorang lelaki wajib berjihad fisabilillah, sementara bagi wanita jika taat akan suaminya, serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLAH, maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi berjihad fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.
Quote:




Masya ALLAH ! Demikian sayangnya ALLAH pada wanita... kan




Ingat firman Nya, bahwa mereka tidak akan berhenti melakukan segala upaya, sampai kita ikut tunduk kepada cara-cara peraturan buatan mereka. (emansipasi ala western) Yakinlah, bahwa sebagai dzat yang Maha Pencipta, yang menciptakan kita, maka sudah pasti Ia yang Maha Tahu akan manusia, sehingga segala hukumnya peraturannya, adalah YANG TERBAIK bagi manusia dibandingkan dengan segala peraturan hukum buatan manusia. Jagalah isterimu karena dia perhiasan, pakaian dan ladangmu, sebagaimana Rasulullah pernah mengajarkan agar kita (kaum lelaki) berbuat baik selalu (gently) terhadap isterimu.




Adalah sabda Rasulullah bahwa ketika kita memiliki dua atau lebih anak perempuan, mampu menjaga dan mengantarkannya menjadi muslimah yang baik, maka surga adalah jaminannya. (untuk anak laki2 berlaku kaidah yang berbeda).




Berbahagialah wahai para muslimah. Jangan risau hanya untuk apresiasi absurd dan semu di dunia ini. Tunaikan dan tegakkan kewajiban agamamu, niscaya surga menantimu.

19 Des 2011

. WANITA YG KURANG BERSYUKUR

Suatu hari ada seorang wanita yang ingin mencari jodoh, ia mendambakan seorang lelaki yang telah ia kriteriakan, akhirnya setelah berapa lama ia mencari dan tidak bertemu ia menyerah hingga ia pergi ke toko yang menjual lelaki-lelaki yang siap menjadi suami.
...
Setelah sampai di toko suami, ia masuk kelantai 1, ia sempat membaca tulisan di atas " KUALITAS BERIMAN, ALIM, TANGGUNG JAWAB " ia bergumam dalam hati, " cocok, sesuai yang ku harapkan "

Ia melihat tangga lantai 2 dan ia pun menaikinya, ia membaca tulisan di pintu masuk

" KUALITAS BERIMAN, ALIM, TANGGUNG JAWAB, SUDAH PUNYA PEKERJAAN HALAL "

Sang wanitapun bergumam dalam hati, " ini dia, sudah punya pekerjaan, jadi aku nggak usah repot-repot "

Ia mencari- cari suami yang ia cari, tak sengaja ia mendapati tangga lantai 3 dan ia pun naik ke lantai 3, ia sempat juga membaca tulisan di atas pintu masuk

" KUALITAS BERIMAN, TAK MENYEKUTUKAN ALLAH, ALIM, BERPENDIDIKAN TINGGI, TANGGUNG JAWAB, SUDAH PUNYA PEKERJAAN HALAL. "

di dalam hati ia bergumam, " ini lebih dari yang aku harapkan, aku akan terus naik sampai aku menemukan yang terbaik"

akhirnya ia masuk ke lantai 4 diatas pintu ia membaca tulisan

" KUALITAS BERIMAN, ALIM, BERTANGGUNG JAWAB, MEMPUNYAI PEKERJAAN HALAL, BERPENDIDIKAN TINGGI, MEMPUNYAI USAHA YANG MAJU."

Sang wanitapun bergumam dalam hati, " ini lebih dari yang aku harapkan, aku harus naik ke lantai 5 "

Setelah sampai di lantai 5 ia membaca tulisan yang ada di atas pintu masuk

" KUALITAS BERIMAN, ALIM, BERTANGGUNG JAWAB, MEMPUNYAI PEKERJAAN HALAL, BERPENDIDIKAN TINGGI, MEMPUNYAI USAHA YANG MAJU, SIAP MENIKAH, MASIH BUJANGAN. "

Sang wanitapun bergumam riang dalam hati, " alangkah beruntungnya aku, aku harus mendapatkan yang lebih dari ini, aku harus terus naik. " hatinya tertawa bangga, akhirnya ia mencari tangga lantai 6, dengan semangat ia menaiki tangga dan hati tertawa.

Sampai di lantai 6 ia mencari pintu masuk, setelah lama mencari ia menemukan pintu tersebut dan ia pun membaca tulisan di atas pintu,

" ANDA ADALAH ORANG YANG KE 100.999.891 DARI ORANG-ORANG YANG TAMAK DAN TAK PERNAH BERSYUKUR ATAS APA YANG TELAH DIBERIKAN PADA AWAL "

Sang wanitapun terkejut dan ia mencari tangga turun ke lantai 5, tapi apa yang ia temukan, pintu tangga telah tertutup rapat dan ia terpaku di lantai 6. ia menyesal karena tidak syukurnya ia, itu lah orang yang tak pernah puas.......

Semoga bermanfaat dan penuh Kebarokahan dari Allah.....

17 Des 2011


  • Konon dahulu kala ada cerita seorang anak membuang orang tua dalam hal ini
    (Ibu Kandung) ke hutan, ambillah pesan moral dari cerita ini. Mereka yang
    dibuang adalah orang tua yang sudah tidak berdaya sehingga tidak memberatkan
    kehidupan anak2nya.

    Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya kehutan,
    karena si ibu telah lumpuh dan mulai pikun. Si pemuda tampak bergegas
    menyusuri hutan sambil menggendong ibunya tsb.

    Si ibu yang kelihatan tak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon
    yang bisa diraihnya dan mematahkannya kemudian menaburkannya disepanjang
    jalan yang mereka lewati. Setelah sampai didalam hutan yang lebat, si anak
    menurunkan ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha
    menahan sedih karena ternyata dia juga tdk menyangka sanggup melakukan
    perbuatan ini.

    Justru si ibu yang tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata "Anakku, aku
    sangat menyayangimu. Dari kau kecil sampai dewasa aku selalu merawatmu
    dengan segenap cintaku. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak berkurang
    sedikitpun. Tanpa Kamu Sadari bahwa didalam hutan ini kita tidak tahu arah mana
    Barat dan Timur, Tadi aku sudah menandai sepanjang jalan yang kita lewati dengan
    ranting2 kayu. Aku takut kau tersesat, ikutilah tanda itu agar kau selamat
    sampai dirumah."

    Setelah mendengar kata2 tersebut, si anak menangis dengan sangat keras,
    kemudian langsung memeluk ibunya dan kembali menggendongnya untuk membawa
    si ibu pulang kembali kerumah. Pemuda tersebut akhirnya merawat ibu yang sangat mengasihinya sampai si ibu meninggal.

    Pesan moral: orang tua bukan barang rongsokkan yang bisa dibuang/menjadi beban anak
    atau kemudian diabaikan saja setelah terlihat beliau tdk berdaya. Kunjungi dan berikan kasih sayang seperti beliau memberi kasih sayang pada waktu kita dibawah asuhannya .
    Jangan biarkan beliau meninggal dalam kesendirian. Beliau merindukan perhatian dan kasih
    sayang yang lebih dati kita. Itulah ketulusan cinta dan kasih sayang Ibu...

    Sayangi Ibu selagi beliau ada......
    Jangan ada penyesalan setelah beliau meninggalkan kita semua....

    Salam,

    Lisa Rahadi
     
     
     

Mukmin Sejati

BEGINI SEHARUSNYA
SEORANG MUKMIN

Ahmad Suharto

            Iman adalah landasan segala amal perbuatan, yang tanpanya amal akan tertolak. Iman juga menjadi motor pengerak, lokomotif penarik bahkan sumber enerzi dalam kehidupan seseorang. Iman yang benar akan melahirkan amal shaleh, iman yang bergairah senantiasa menggelorakan semangat beribadah dan berkarya, iman yang tulus akan tercermin dalam sikap, polafikir dan tingkah laku. Iman yang menghunjam kuat di dasar hati digambarkan seperti pohon kokoh dengan akar kuat dan dahan yang menjulang tinggi ke angkasa, daunya rimbun menaungi dan memberikan buah setiap musim, gambaran seorang mukmin yang berkepribadian, mempunyai jati diri yang tegas, bercita-cita luhu serta produktif memberikan manfaat bagi ummat. Mukmin yang tidak pernah merasa kenyang untuk melakukan kebajikan hingga akhirnya mendapatkan pahala surga. Mukmin yang seperti lebah, tidak makan kecuali yang baik serta tidak meningalkan sesuatu kecuali yang baik lagi bermanfaat.
            Seorang mukmin seharusnya adalah seorang yang mantab aqidahnya, istiqomah dalam keimanannya, luhur akhlaqnya, semangatnya selalu bergelora, tidak pernah loyo dan malas, stabil emosinya, sabar dan tawakkal dalam menghadapi cobaan, semakin matang dengan ujian, hangat dan tulus persahabatannya, total dalam perjuangannya, produktif hidupnya, tamak dengan waktunya, tertib dan khusyu’ ibadahnya serta bersegera dalam kebaikan.
            Dalam al-Qur’an kita temukan banyak ayat yang menerangkan bagaimana seharusnya menjadi seorang mukmin, yang patut kita jadikan acuan dalam berintruspeksi  untuk meningkatkan diri menjadi mukmin sejati. Berikut ini adalah beberapa kriteria yang digambarkan oleh al-Qur’an:
  1. Setia kepada Allah sampai akhir hayat. Memberikan loyalitas total kepada Allah, membuktikan kebenaran janjinya kepada Allah untuk tuntuk, taat dan berserah diri hanya kepadaNya, mempersembahkan sholatnya, ibadahnya, hidup dan matinya semata-mata kepada Allah.
  2. Melakukan perbuatan yang paling diridhoi Allah. Bila berbicara memilih kalimat yang terbaik, baik susunan, bobot maupun cara menyampaikannya, mendengarkan setiap ucapan namun hanya mengikuti yang terbaik, membalas kebodohan orang lain dengan maaf dan perbuatan yang lebih baik, senantiasa beorientasi melaukan amal yang lebih berkwalitas.
  3. Mengutamakan kepentingan agama dari pada kepentingan pribadi. Senantiasa sami’na wa atho’na terhdap perintah Allah, menundukkan hawa nafsunya untuk mengikuti ajaran Islam, yang menjadi barometer dalam hidupnya dalah ajaran agama, kepentingan pribadinya dikalahkan untuk agama. Meski demikian, ia akan tetap mendapatkan kebahagiaan dan kejayaan baik di dunia maupun akhirat, tidak ada orang yang memperjuangkan agama akan terhina, baginya kebaikan bahkan leih dari itu.
  4. Komitmen menjaga moral yang baik. Seorang mukmin tidak mungkin berakhlaq tercela, karena hal itu tidak bisa bersatu dengan iman dalam satu hati. Baik dalam tujuan maupun sarana senantiasa terikat dengan akhlaq luhur.
  5. Mempersembahkan dirinya dan harta bendanya kepada Allah. Berjual beli dengan Allah, hidup dan harta bendanya untuk perjuangan di jalan Allah, bukan malah melalaikannya dari dzikir kepada Allah.
  6. Senantiasa bertawakkal kepada Allah dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup, tidak mudah putus asa,, yakin bahwa Allah pasti akan memberikan pertolongan dan jalan keluar. Meyakini semua musibah yang menimpa dirinya sebagai cobaan keimanan dari Allah, ia akan tetap sabar.
  7. Bersegera dalam kebaikan, tidak menunda-nuda tugas dan kewajiban. Karena sebaik-baik kebaikan adalah yang segera ditunaikan. Hidp ini harus dimanfaatkan sebanyak mungkin untuk amal shaleh, karena kita tidak tahu kapan akan kembali kepada Allah.
  8. Sabar menghadapi kesulitan hidup, karena hidup memang sebagai wahana ujian dari Allah untuk membuktikan siapa yang paling baik amalnya. Sabar dalam ketaatan, dalam menerima mushibah dan dalam menjauhi makshiat kepada Allah. Orang yang demikian akan mendapatkan kabar gembira dari Allah berupa shalawat ( kemulyaan dan keberhasilan dari Allah ), rahmah serta hidayah Allah.
  9. Lebih bersemangat justru pada saat menghadapi kesukaran dan intimidasi dalam menegakkan kebenaran. Ujian keimanan dari Allah pasti datang, karena itu ia yakin akan janji Allah, seperti kaum muslimin dalam perang ahzab, ketika diintimidasi bahwa manusia telah mengepung madinah, para shahabat justru menyatakan “ inilah yang dijanjikan Allah dan RasulNya, dan Allah serta Rasulnya pasti menepati janjiNya “.
  10. Senantiasa berorientasi mencari ridha Allah sebagai tujuan hidupnya, apapun sanggup dikorbankan demi mendapat ridha Allah, tidak ada yang lebih menarik baginya selain Ridha Allah, meskipun ditawari dunia dengan isinya dia tetap memilih apa yang diridhai Allah.
  11. Tidak mudah terpengaruh dengan lahiriah gemerlapannya dunia dan keberhasilan semu diniawi orang-orang kafir dan munafiq yang menggunakan segala cara untuk mendapat keuntungan duniawi, karena mayakini nilai-nilai kebenaran serta akibat dari setiap peprbuatan.

Selanjutnya ada beberapa kiat agar kita selalu mempunyai iman yang bergairah dan dinamis. Diantaranya :
  1. Senantiasa mengamati tanda-tanda kekuasaan Allah yang terbentang di alam semesta, ciptaan Allah yang agung, indah, tertib teratur tanpa cacat, dengan menyingkap rahasia-rahasia alam semesta yang tersimpan untuk kemashlahatan dan kemakmuran umat manusia. Setiap kali kita semakin menukikkan pengamatan terhadap sistim kehidupan ciptaan Allah akan semakin taajub dengan kekuasaan Allah dan bertambah kuatlah iman kita.
  2. Menyaksikan rahmat dan keindahan. Melihat segala sesuatu dengan pandangan optimis dan menyenangkan, warna warni berbagai tanaman dan bunya, bentgangan alam semesta dengan segenab isinya. Karena Allah itu maha Indah dan mencintai keindahan.
  3. Cinta dan persahabatan. Membuktikan kecintaan dan persahaban yang tulus karena Allah dengan sesama saudara seiman, yang dibuktikan dengan saling membantu, menasehati, mendukung, mempunyai satu persaan dan simpati seperti satu tubuh.
  4. Melindungi dan membela kebenaran denganm berbagai cara sesuai degan kemampuan, meskipun berat dan pahit akibatnya.
  5. Memperbanyak ibadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan
  6. Membaca Al-Qur’an dengan tadabbur maknanya
  7. Mem[erbanyak munajat dan do’a kepada Allah dengan penuh kekhusyu’an.
  8. Senantiasa memperbaharui taubat kepada Allah atas segala kesalahan dan dosa yang kita kerjakan, baik besar maupun kecil.
  9. Aktif berdakwah amar ma’ruf nahi mungkar, menyebarkan nilai-nilai Islam yang luhur, mencegar manusia dari dekadensi moral serta kemakshiatan.
  10. Banyak ingat kematian, berfikir tentang kenikmatan surga serta menghawatirkan akan azab neraka yangs angat pedih.

ARTI AMANAH DALAM KEHIDUPAN



  Ahmad Suharto

            Segala puji bagi Allah yang telah mewajibkan seluruh hamba-Nya untuk melaksanakan amanah, serta mengharamkan atas mereka pengkhianatan dan  tipudaya.

 “ Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kalian untuk menunaikan amanah kepada yang berhak, dan apabila kalian menghukumi, hendaknya menghukumi dengan adil, sesungguhnya Allah sebaik-baik pemberi nasehat bagi kalian, sesungguhnya Allah itu Maha Mendengar lagi Maha Melihat ( An-Nisa’ : 58 )

            Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Ilah yang haq untuk disembah selain Allah yang tiada sekutu bagi-Nya, persaksian yang dengannya kita berharap mendapatkan keselamatan pada hari akhir serta keberuntungan dengan surga yang penuh kenikmatan dan kemuliaan. Dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad SAW adalah hamba dan utusan Allah, yang dengan beliau Allah menyempurnakan nikmat-Nya, yang diutus oleh Allah untuk alam semesta sebagai penebar rahmat dan tauladan. Yang sejak remaja terkenal sebagai orang yang dapat dipercaya ( al-amien ) karena teguh memegang amanah. Semoga Allah senantiasa melimpahkan keselamatan, kesejahteraan atas beliau, sanak kerabatnya, para sahabatnya dan para pengikutnya hingga hari qiyamah.

            Marilah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dan selalu menunaikan amanah yang harus kita pertanggung jawabkan.

  “ Hendaknya orang yang diberi amanah menunaikan amanahnya, dan hendaknya bertaqwa kepada Allah “ ( al-Baqoroh : 283 )

Marilah kita menunaikan amanah yang dulu pernah ditawarkan untuk diemban langit, bumi dan gunung lalu mereka menolaknya dan khawatir akan menelantarkannya, hingga kemudian manusia yang menanggungnya, sungguh manusia itu sangat aniaya lagi bodoh. ( Al-Ahzab : 72 )

Marilah kita tunaikan amanah yang kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atasnya, sesuai dengan apa yang sudah kita laksananakan. Yang tuntas menunaikannya akan selamat dan beruntung, yang ceroboh akan celaka dan merugi. Karena salah satu sifat orang beriman yang mendapatkan kemenangan adalah yang menjaga dan memenuhi janji serta amanahnya ( Al-Mu’minun : 8 )

“ Yaitu orang-orang yang memelihara amanah dan janji mereka “
 “ Sesunguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang berkhianat “ ( al-Anfal : 58 ).
Marilah kita laksanakan amanah, baik antara kita dengan Allah, maupun antara sesama kita sebagai makhluq Allah.

Adapun amanah antara kita dengan Allah adalah : agar kita melaksanakan ketaatan kepada-Nya, ikhlash beribadah kepada-Nya mengikuti jalan yang dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW, tidak menyukutukan Allah dengan apapun juga dalam setiap perbuatan kita, menghindari pamer dan sum’ah dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, seperti semangat beribadah bila dilihat orang tetapi ogah-ogahan bila sendirian, serta melaksanakan semua syariat-Nya dengan benar dan baik, tidak melampaui batas ataupun menguranginya.

 Sedang amanah anatara sesama hidup adalah hendaknya kita malaksanakan apa-apa yang diwajibkan Allah dari hak-hak makhluk ( orang tua, keluarga, sanak kerabat, tetangga, teman, saudara seiman, sesama manusia, bahkan alam semesta yang semuanya mempunyai hak atas kita ). Kita menunaiakn semua itu dengan ikhlash, jujur, penuh tanggung jawab, tidak menipu, berdusta, khianat dalam semua aspek kehidupan.

Dalam hal melaksanakan amanah antar sesama makhluk ini setiap manusia mempunyai beban amanat yang berbeda dengan lainnya, sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam pekerjaan dan kedudukan.

Para pemimpin dalam level apapun berkewajiban untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan adil, bekerja untuk kemashlahatan rakyatnya baik dalam urusan dunia maupun agama. Tidak dibenarkan melakukan pilih kasih dalam kebijaksanaannya dengan mengutamakan keluarga, teman dekat, orang-orang kuat, kaya dll. Dan hendaknya dia mengangkat para petugas (pembantunya ) yang memang benar-benar mempunyai sifat amanah,  paling mampu, cakap dan berhak atas tugas-tugas tersebut ( tidak melaksnakan KKN ).

“ Sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau upah ( gaji ) adalah yang kuat lagi dapat dipercaya “ ( Al-Qoshash : 26 ).
 Para pegawai/petugas yang baik akan membawa kemashlahatan bagi rakyat, sebagilknya para pegawai yang tidak amanah hanya akan menindas dan merugikan rakyat, menumbuhkan kebencian antara rakyat dengan pemimpin, kesenjangan, disharmani dll.

Para pegawai hendaknya melaksanakan amanah sesuai dengan tugasnya dengan sebaik mungkin, jangan sampai meremehkan tugas, menelantarkannya, sibuk dengan urusan-urusan lain yang tidak penting, sehingga tugas utamanya terbengkalai dan urusan banyak orang terabaikan. Hendaknya diingat bahwa mereka itu mendapatkan gaji yang diambil dari berbagai sumber di masyarakat, maka jangan sampai dikhianati.

Guru mempunyai amanah yang lebih istimewa dibanding dengan para pegawai lainnya, karena peranan setrategis yang diembannya. Seorang guru adalah pengajar, pengarah, pembimbing serta penyuplai makanan jiwa dan thabibnya, karena itu hendaknya ia memilihkan metode pengajaran yang paling mudah dan produktif bagi anak didiknya, jangan sampai menyia-nyiakan jam pelajaran untuk hal-hal yang remeh. Hendaknya ia mengarahkan para siswanya menuju hal-hal yang lebih baik dalam urusan agama dan dunia mereka, guru juga harus bisa menjadi teladan, diikuti perbuatannya, dan dipegang kata-kat.anya. Setiap guru hendaknya memahami tugas ini, melaksanakannya dengan ikhlash karena Allah, serta memperlakukan siswanya dengan adil.

Para pelajar hendaknya menyadari amanahnya, bahwa masa depan ummat ada di pundak mereka, mereka harus belajar dengan sungguh-sungguh, memanfaatkan waktu dengan efektif, membangun kepribadian dengan baik, jangan sampai menyia-nyiakan masa mudanya untuk foya-foya, bermalas-malasan, terlibat pergaulan bebas, narkoba, kriminalitas dll, yang semua itu akan merusak masa depan mereka sendiri.

“Sebelum sempat kaki melangkah pada hari qiyamah kelak manusia akan dimintai pertanggungjawaban tentang empat hal : tentang umurnya digunakan untuk apa, masa mudanya bagaimana dimanfaatkan, harta bendanya dari mana didapatkan serta untuk apa dibelanjakan dan tentang ilmunya, apa yang sudah dia amalkan “ ( al-Hadist )

Seorang bapak/kepala rumah tangga juga mempunyai amanah yang luhur, yakni mendidik putra-putrinya beserta keluarganaya dengan akhlaq yang lurus, membiasakan mereka perbuatan baik, meninggalkan kejelekan dan agar masing-masing melaksaakan tugasnya yang diwajibkan Allah atas mereka.

 “ Wahai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari apineraka “ ( at-Tahrim : 6 )

Para wali/orang tua ketika hendak menikahkan putrinya agar menyadari amanahnya, hendaknya memilihkana calon suami yang sesuai dengan putrinya, bukan memaksakan kehendak aats putrinya, juga agar mengutamakan yang memiliki mental agama ( ahliddin ) yang berakhlaq utama, bukan semata-mata pertimbangan kekayaan dan kedudukan. Apabila amanah ini tidak ditunaikan sering mengakibatkan keretakan rumah tangga dikemudian hari.

“ Barangsiapa yang menikahkan putrinya dengan seorang lelaki yang fasik, maka sungguh ia telah memutuh rahmah dari putrinya tersebut ( menyengsarakannya ) “ ( Al-Hadist )

Ketika menunaikan akad nikah seorang suami juga telah menerima amanah baru, membuat perjanjian yang disebut dalam al-Qur’an sebagai mistaqon gholidzan (perjanjian yang teguh ). Suami memohon untuk bisa menghalalkan kehormatan istrinya dengan kalimah Allah ( ijab – Kabul ) serta menjadikan si wanita sebagai istri juga dengan amanah Allah. Karena itu baik suami maupun istri hendaknya menyadari amanah yang diembannya.

“ Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kalian pimpin “ ( al-Hadist ).

Seorang pedagang juga mempunyai amanah yang harus diemban, yaitu berdagang dengan jujur, menerangkan kwalitas barang apa adanya, tidak manipulasi, menyembunyikan cacat, mengurangi timbangan, memalsu merk dll.




 “ Celakalah bagi orang orang yang mengurangi timbangan, yaitu apabila mereka menakar dari orang lain, minta dipenuhi, tetapi bila menakar atau menimbang untuk orang lain merugikan mereka “  ( Al-Muthaffifin : 1 – 3 )

Demikian pula para pekerja baik dalam proyek-proyek pembangunan, tukang batu, tukang kayu, tukang besi maupun para karyawan pabrik, hendaknya menuaikan amanah mereka dengan sempurna, sebagaimana mereka menuntut ha-hak dengan sempurna. Pembangunan proyek-proyek yang berkaitan dengan fasilitas umum akan sangat merugikan rakyat dan bisa jadi membahayakan mereka bila dimanipulasi konstruksinya, karena bisa meneyebabkan terjadinya bencana dan kecelakaan.

Ringkasnya menunaikan amanah berarti melaksanakan tugas dan kewajiban dalam segala hal sesuai dengan ketentuannya, tidak dikurangi atau pun ditambah, siapa yang menaukan dengan tuntas dia akan beruntung dan siapa yang menyia-nyiaknnya akan rugi.

 “ Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian mengkhianati Allah dan jangan pula mengkhianati Rasulullah serta jangan pula mengkhianati amanah kalian padahal kalian mengetahui, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya harta bendamu dan anak-anakmu adalah fitnah ( ujian ) dan bahwa sesungguhnya disisi Allah ada pahala yang agung “ (  al-Anfal : 27 )

Apa bila amanah sudah disia-siakan, maka tunggulah saat kehancuran, itulah salah satu tanda dekatnya hari kiamat. Demikian pesan mulia Nabi kita.